Dipagi yang cerah, dimana sang surya menyinarkan rona hangatnya, embun pagi menetes dengan syahdunya disertai kepulan knalpot nyaring ciri khas anak pelajar STM merupakan hari yang biasa bagi Idang, keryawan sebuah apotek sekaligus cleaning service serta juru resep ditambah bendahara pembayaran, yah! Itu lah tugas yang harus dijalani Idang setiap harinya dari pukul 8 pagi sampai pukul 10 malam.
Pagi itu sudah jam 8, dimana Idang harus berangkat ketempat kerja, dengan langkah yang masih gontai, disertai motor yang masih kotor karena lupa dibersihkan, serta rambut yang berantakan iya berangkat ketempat kerja, Iya biasanya mandi ditempat kerjanya jadi wajar saja diperjalanan ada bau yang tidak enak dicium ketika orang berpapasan dengannya.
Dia anak pertama dari 3 bersaudara, adik pertamanya perempuan dan adik terakhirnya juga perempuan, sebagai satu-satunya kakak lagi-laki Idang tahu betul bagaimana iya memperlakukan perempuan sebagai mana mestinya, baginya menghormati wanita adalah sesuatu yang mutlak apalagi wanita sebayanya, sapa tau dengan itu dia akan mendapatkan kehormatannya.
Itulah sekilas tentang Idang, dari prinsip yang dijalaninya, ketahuan Idang adalah playboy kelas berat yang semua masa mudanya didedikasikan untuk mengoleksi mantan-mantannya.
Kembali kepada Idang yang playboy, yang selalu tercengang apabila melihat lawan jenis yang menggoda tak mesti itu sendiri dan atau sedang memeluk pacarnya di motor, apalagi kalau ada cewe cantik menebus resep di apoteknya dia selalu meminta nomer HP yang bisa dihubungi katanya ini adalah prosedur profesional bagi sebuah apotek untuk pasiennya, dan pasti tidak selang 2 jam setelah itu pesan singkat idang sudah masuk ke HP pasien tersebut, ya….. paling-paling iya cuma menanyakan apakah obatnya sudah diminum dan berkata semoga lekas sembuh tetapi menanyakan status dan mengajak malam mingguan merupakan sudah diluar prosedur seorang juru resep.
Sore itu terdengar teriakan Ria, rekan kerja Idang di apotek, memanggil Idang karena ada pasien yang menebus obat, Idang yang saat itu sedang asyik main bola tidak bisa mengindahkan panggilan Ria yang notabene keponakan pemilik apotek, dengan santai Idang keruangan pelayanan pasien, hembusan AC yang sejuk menyingkirkan keringat asin Idang, di sana telah menunggu dua orang gadis yang satu berkulit putih, memakai celana jeans kentat dibalut kaos putih yang menambah keseksiannya, tampak sedikit pucat di daerah wajahnya, serta geraknya yang agak sedikit lesu tetapi semua itu tidak mengurangi pesona yang ada di dalam dirinya, yang satunya perawakannya agak lebih kurus, pakai celana jeans pendek dan sedang sibuk menulis pesan singkat di ponselnya, sesaat gadis yang berbaju putih itu menyodorkan selembar kertas putih berupa permintaan tertulis dari seorang dokter untuk diserahkan kepadanya.
Eemmmmm…… Noooona….. Leena… yaah terbata-bata idang membaca tulisan sang dokter yang seperti spageti Italy itu.
Iya! Sahut perempuan tersebut,,
Kenapa mba? Sudah berapa hari demamnya?? Balasnya.
Kok tao sakit demam? Jawabnya seadanya….
Yaaa kan saya membaca resepnya dan inti dari resep ini anda terserang deman,,, yaaah maklum inikan lagi pancaroba,,, idang dengan santai menjelaskan…
Kok bisa baca tulisan kya gotu?? Dokternya keluarganya nya?? Leena keheranan karena merasa tulisan dokternya sangat tidak jelas….
Gag ko mba, ini sudah terbiasa,,,, emmmm ini obatnya untuk 3 hari mba apakah mau diambil semua atau separuhnya dulu??? Idang bertanya kembali..
Sekalian aja deh mas,, takutnya sibuk trus gag bisa ngambil sisinya… jawabnya
Leena dengan agak ramah…
Semuanya ada tiga jenis obat mba, penurun panas, antibiotik sama multivitamin dan harganya 47500 mba… kata idang….
Oh iya.. tunggu bentar,,, seraya leena mengambilkan uangnya…
Bisa mba memberikan nomer telepon yang bisa di hubungi??? Idang mulai mengeluarkan jurusnya.
Buat apa??? Leena langsung memnjawab….
Yaa ini kan mba sudah prosedur semua apotek, takutnya ada hal yang tidak diinginkan terjadi jadi kami melakukan tindakan preventif dulu.. jawab Idang,, sebenarnya Idang kalau berbicara hanya menggunakan kata-kata seadaanya, tidak jarang menggunakan kata-kata daerah asalnya yang tidak semua orang mengerti tetapi kalau dimuka cewe cantik semua itu tidak.
Okh iya.. nomer saya, saya tulis dibelakang resep ini saja ya… kata Leena…
Iya mbak terima kasih… tunggu dulu ya.. saya ambilkan obatnya… jawab Idang…
Tidak lebih dari lima menit idang sudang menyerahkan obat tersebut kepada Leena seraya mengatakan aturan meminumnya.
Dalam hati Idang dia berbunga-bunga karena baru saja berkenalan dengan cewe cantik, perasaan yang tadinya jengkel hilang karena mendapatkan nomer HP seorang wanita.
Huuuuu tadi aja manyun habis ku panggil waktu main bola,, waktu tau yang datang cewe cantik sempat-sempatnya cuci muka,,, mandi geh sana,, bau tahu… celetuk Ria sambil ketawa….
Iya putri istana….. jawab Idang dengan nada gembira….
Idang pun pergi kekamar mandi, setelah mandi, Idang yang baru saja mendapatkan no cewe tersebut langsung saja mengirimkan pesan singkat kepada cewe twesebut…
Udh smpy dHome yaaaaa???
Jgn lupa dmnum yaa obtnya….
Smga lkas smbh…
Dan sms itu pun langsung dikirim, tidak lama kemudian terdengar suara pesan dari HP idang yang menandakan balasan sms…
In spah?
Mas yg jg Apotk td ya..
Iya nih br aj nympe rmh..
Mksih y mas..
Dg spa Eena sms ne??
Melihat balasan seperti itu idang dengan semangat membalas sms Leena..
Dg idang disini mba..
Leena rmh ny dmna??
Sms pun langsung dikirim, sms pun berbalas kian demikian, sebulan sudah Idang smsan serta telpon-telponan dengan Leena, Idang memberanikan diri mengajak leena untuk ketemuan tetapi leena cuma bisa dirumahnya saja.
Leena adalah gadis anak terakhir dari empat bersaudara, semua kakaknya sudah bekeluarga, iya tinggal bersama kakak pertamanya yang menempati rumah orang tuanya, ibunya Leena adalah pemilik kedai makanan dekat tambang batubara 20 KM dari rumahnya sehingga ibunya hanya seminggu sekali pulang kerumah, sedangkan ayahnya sudah 3 tahun meninggal dunia dihitung dari hari perkenalannya dengan idang.
Keseharian Leena digunakannya bekerja disebuah toko oleh-oleh khas kotanya, sebagai cewe yang cantik tak jarang banyak pengujung yang menggodanya terutama para sopir mini bus atau sopir pariwisata, semua dianggap Leena hanya angin lalu.
Malam itu Idang dengan mantabnya melangkah ke rumah leena, mengenakan celana jeans warna hitam retro serta kemeja cardinal warna coklat semakin menambah ketampanan idang, tak lupa Idang membeli oleh-oleh untuk keponakan Leena, karena ia pernah bercerita mempunyai dua orang keponakan Nasa dan Nadia.
Di rumah, Leena sudah menunggu Idang dengan keadaan cemas, perasaan ini sangat bertolak belakang dengan sebulan yang lalu, dimana seorang leena yang jual mahal, selalu dingin, dan tak nampak memberikan harapan kepada Idang, entah mengapa malam itu ia sangat menantikan kehadiran penjaga apotek itu, mungkin Idang sudah mengeluarkan sihir cintanya agar Leena dapat percaya kepadanya.
Selain Leena yang menunggu Idang di rumah sudah ada bibinya Leena yang dari tadi setia menemaninya, Ia lebih suka curhat dengan bibinya ketimbang dengan ibunya, dari kecil ia sudah diasuh oleh bibinya karena ayah dan ibunya bekerja diluar kota, dengan bibinya inilah Leena sering tertawa dengan gembira dan menangis dalam pelukannya, Kumala namanya, menjadi seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya dan tak hanya menjadi bibi yang baik.
Seketika terdengar telepon masuk dari HP Leena, ternyata Idang memanggil.
Aku sudah di muka rumah kamu neh, bukain ya.. kata Idang.
Iya.. kamu masuk aja.. jawab Leena seraya memutuskan panggilan.
Tidak lama setelah itu terdengar suara salam dari luar rumah, Leena pun menjawab salam tersebut seraya membuka pintu, Idang tercengang melihat leena malam itu, kamu cantik! Kata itu tak sengaja langsung keluar dari mulutnya, hanya seuntai senyum keluar dari mulutnya.
Idang pun dipersilahkan duduk oleh Leena, saat-saat sepeti ini memang bukan saat yang Idang suka, sebagai playboy Idang tidak terlalu bergairah bila dikenalkan dengan keluarga si doi apa lagi harus bermuka manis, tetapi bibi Mala bisa mencairkan suasana hati Idang yang sedang kaku.
Sapa nama kamu nak? Tanya bibi Mala memecah keheningan.
Idang bi.Idang Nizar Muhammad tepatnya bi! Jawab Idang agak malu-malu.
Santai aja nak, Leena sudah cerita banyak tentang kamu nak, jawab bibi menenangkan hati idang.
Bibi kedalam dulu ya, kalian ngobrol saja dulu, singkat bibi Mala seraya melangkah ke dalam.
Dirumah yang boleh dikatakan sederhana dan tidak terlalu luas dua sejoli itu malam ini meresmikan cintanya, rupanya bibi Mala memberikan isyarat persetujuannya terhadap Leena ketika beranjak dari ruang tamu tersebut.
Pukul 22.13 : 24-09-2008
Malam itu mereka asyik bercengkrama melalui ponsel masing-masing, layaknya pengantin baru tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi, mereka tertidur dengan posisi ponsel masih menyambung, hanya pulsa yang habis lah memutuskan ponsel mereka.
Pulul 15.30 : 28-09-2008
Siang ini adalah kencan pertama mereka, Idang menjemput Leena di tempat kerjanya, layaknya pasangan yang berpacaran Leena mendekap Idang saat berboncengan di sepeda motor butut Idang. Mereka menuju tempat makan siang langganan Idang, sup udang ditambah sate bebek merupakan menu yang mereka pesan, setelah kenyang ia mengarahkan kemudi motornya ke daerah perumahan Asri, yang merupakan tempat tinggal Idang, di rumah yang kosong awalnya mereka hanya bercengkrama biasa tetapi sampai pada pegangan tangan dan pegang yang lainnya.
Leena yang saat itu merasa ada yang kehilangan langsung menagis tetapi dengan kata-kata dimulutnya Idang berhasil menyakinkan hati Leena bahwa iya akan selalu menjaganya, perbuatan itu sudah sering terjadi tanpa adanya keraguan di hati Leena.
Hari pun kian berlalu, tampak perubahan yang dirasakan Leena terhadap prilaku Idang, Idang sering tak membalas pesan singkatnya dan tak jarang apabila ia menelpon, Idang selalu sibuk kadang dijawab dengan nada yang tinggi, yang lebih mengherankannya, kekasih hatinya itu sekarang suka berfoya-foya dengan semua uangnya, pergaulannya pun sering merambah dunia malam, tidak hanya sekali bau alkohol masih tersisa dimulut idang ketika leena mengecup bibirnya.
Ada apa dengan kekasihku?
Apakah iya melupakan janjinya.
Sungguh dia tak pandai menimbang rasa.
Yang membuat diriku tersiksa.
12-11-2008
Leena bermaksud meluruskan hubungan mereka dengan meminta Idang bertemu kerumahnya untuk pertama kalinya iya akan memperkenalkan dengan ibunya. Idang yang saat itu dalam keadaan tidak sibuk langsung mengiyakannya, satu jam, dua jam, tiga jam Leena sudah menunggu tetapi idang tak muncul, ibunya pun mulai memperyanyakan kehadiran idang, tak lama ada suara tanda pesan dari ponsel leena.
Soir ku gag bca dtng,,,
Q gi sbuk,
n kyanya kita ga bs trus bersma lgi.
Berlinang lah air mata Leena melihat pesan tersebut, pria yang didamba nya untuk mendampinginya di pelaminan ternyata tak lebih dari seorang penjahat kelamin. Idang yang tadinya penurut kini seorang pemberontak, Idang yang tadinya berfikiran sehat kini menjadi seorang pemabuk, Idang yang tadinya selalu hemat kini menjadi orang yang boros karena hasil transaksi narkoba.
Leena tak pernah menyangka calon suaminya kini seorang Bandar, tidak sedikit nasi yang masuk di darah Leena adalah hasil kenistaan, penyesalan Leena tak habis di situ saja, Ibunya yang awalnya setuju dengan pilihan leena kini sekarang mulai memikirkan mencari jodoh buat leena.
Hampir sebulan sudah Idang tak nampak beritanya, meskipun ini berat Leena mencoba bangkit, dan memulai hidup baru di bawah bayang-bayang penyesalan.
Kini ku lalui malam tanpamu
Bintang yang dulu ada telah sirna
Rasanya memang berat bagiku
Untuk menerima kenyataan ini
Ataukah ini memang jalan kisahku
Menjadi pecundang dalam kisah cintamu
Sedih hatiku mecintai kau oh dia
Pelan-pelan Leena si gadis malang ini mulai bisa melupakan kepedihannya, menutupi luka-lukanya, hari-harinya yang berat mulai kembali ringan dilebur oleh waktu, raut kehilangan itu mulai pudar, harapan pun yang dulu urung mendekap dirinya sekarang sudah nampak.
Pagi ini Leena nampak pucat, wajahnya bak bulan kesiangan, Imron laki-laki yang selalu ada disisinya beberapa minggu ini dikabarinya bahwa iya tidak enak badan, Imron adalah anak seorang perwira polisi di kelurahannya, anak yang taat beribadah, rona cahaya tampak pada wajahnya yang sering dibasuh air wudhu, serta perilaku santunnya yang menawan para wanita di tempatnya membuat para wanita sering melirik Imron.
Imron sebenarnya sangat terpukul dengan kejadian tiga bulan yang lalu dimana iya melihat Leena yang diam-diam menyangkut dihatinya berboncengan mesra dimotor bersama laki-laki yang di ketahui namanya itu adalah Idang.
Imron dan Leena sudah berteman mulai dari kecil, meskipun tidak terlalu akrab tetapi rasa itu mulai muncul dan selalu menghantui perasaan Imron, benih-benih cinta dan perasaan itu kian nampak ketika setiap hari Leena lewat dimuka rumahnya pabila ia berangkat bekerja.
Seperti pagi-pagi yang biasa Imron bersiap-siap pergi ke kampus, pakainnya sudah rapi dan tinggal menyalakan kontak motornya tiba-tiba ponsel Imron bergetar tanda pesan singkat masuk,
Q lg g enak badan,,
Kya x ku masuk angin..
Jd ga usah jemput ya…
Melihat sms seperti itu Imron tanpa fikir panjang lagi langsung mengarahkan motornya kerumah si pengirim sms tersebut, sesampainya dirumah Leena, ia langsung menghampiri gadis tersebut dan menanyakan keadaannya.
Kamu kenapa leen? Ku khawatir ,,,,
Akh Cuma masuk angin biasa ko,,, Leena menjawab dengan nada biasa.
Sambil membelai dahi Leena, Imron berkata.
Tapi kamu ini demam, suhu badan kamu tidak seperti orang biasanya,,, kita ke dokter saja ya..
Ga usah,, mungkin aku ke capean terus kehujanan,,, jawab Leena dengan wajah yang sedikit meringis.
Sesaat mereka terdiam, bunyi ponsel Leena seaakan memecah keheningan antara mereka, Imron yang duduknya lebih dekat ke tempat ponsel itu diletakkan langsung saja mengambilakan ponsel itu kepada Leena, terlihat ada nomer yang yang tak terdaftar di kontak pensel Leena memenggil, nomer yang tidak ada namanya tertapi masih familiar di fikiran Leena, ya. Idang sedang memnggilnya, dengan hati was-was leena mengangkat telepon dari idang.
Ada apa Idang menelpon? Mungkinkah iya akan kembali padaku, tapi mengapa baru sekarang?
Kemana selama ini dia pergi?
Akh sudah lah yang penting aku tahu dulu kabarnya.
Assalamuaalaikum, halo.. (Leena)
Waalaikumussalam, (Idang)
Kenapa ( Leena)
Ko gitu ngomonggnya? Aku mao minta maaf ( Idang)
Minta maaf untuk apa (Leena)
Untuk semuanya, untuk kesalahanku, untuk kekhilafanku(Idang)
Leena yang masih sangat mencintai idang tak kuasa menahan air matanya, dan tiba-tiba terdengar suara dibelakang idang, ‘’Hey ada penjaga, cepat simpan HP nya’’
Langsung berbunyi tut,,tut,,tut,, di ponsel Leena, rupanya idang mengakhiri panggilannya, ia yang masih rindu akan suara lelaki itu mencoba menghubungi nomer tersebut kembali tetapi hanya suara ‘Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif’ cobalah hubungi beberapa saat lagi, rupanya Idang telah menonaktifkan ponselnya.
Tetapi yang mengganjal dihatinya adalah suara dibelakang Idang yang memerintahkan menyimpan ponselnya, sedang dimana ia sekarang, kok seakan-akan sedang dilarang untuk menghubungi seseorang menggunakan ponsel, atau ia sedang didalam asrama? tetapi rasanya tidak mungikin soalnya ia tidak berniat untuk menyambung sekolah.
Sampai sekarang nomernya pun tidak aktif, hampir 10 kali sehari Leena mencoba menghubungi Idang tetapi hanya jawaban dari operator yang menyampaikan bahwa nomernya sedang tidak aktif itu dilakukannya hampir 2 bulan sudah lamanya.
22.15 : 17.12.2008
Malam itu ponsel Leena berdering, sebuah nomer baru memanggilnya, dingat-ingatnya dulu nomer tersebut, rasanya iya memang tidak kenal, wajar saja Leena bukanlah cewe yang suka berkenalan dengan cowo lewat ponsel apa lagi kalau yang namanya kopi darat itu memang tidak ada dalam kamus kehidupannya.
Dengan perasaan was-was ia mengangkat panggilan tersebut, tidak seperti biasanya ia terasa gugup mengangkat panggilan tersebut, Leena merasakan ada kontak batin dengan si penelpon.
Halo……………. (Leena)
Len! ini aku idang…………………(Idang)
Idang apa kabar? Dimana kamu? Kamu tega? Aku sakit kamu tinggalkan……………… pertanyaan Leena seakan meledak karena tak tahan lagi menanggung rindu.
A a aku………. Idang seakan terbata-bata menjawab.
Aku apa? Kamu pengecut dang……… kamu bajingan………… cacian Leena kepada Idang sambil meneteskan air mata.
Iya aku memang pengecut, aku bajingan, aku juga pecundang……………… Idang mengeraskan suaranya…
Tapi tunggu dulu aku mau menjelaskannya….. lanjut idang….
Menjelaskan apa?... kamu selama ini kemana sih? Aku disini sendiri…… mana janji kamu??
Leena mengeluh..
Maaf,,, sekali lagi maaf…. Aku harus jujur, aku terjebak len!
Aku sedang dipenjara karena perbuatanku…. Sesal Idang..
Kamu memang tak bisa berubah ya dang… sambil menangis Leena mengatakannya.
Percaya akan cinta dan kita akan bersatu Leen… seraya Idang mematikan panggilannya.
Derai air mata membasahi pipi Leena bak anak sungai, lelaki yang didam-idamkannya bersanding di pelaminan kini menjadi narapidana, tak hanya itu berita disurat kabar yang menceritakan kronologi penangkapan Idang pun telah dibaca oleh ibunya leena.
Len apa ini? Ini bukannya foto Idang yang sama di dompetmu?.... (Leena dulu pernah memperlihatkan foto Idang kepada ibunya)… Tanya ibunya kaget.
Em eh….. sudahlah ma…! Leena berlari meninggalkan ibunya, sambil menyapu air matanya.
Ibunya pun bingung melihat tingkah leena seperti itu, tidak seperti biasanya iya melihat anak bungsunya berpolah seperti itu.
Han! Kenapa adik perawan mu itu? Tanya ibunya Leena kepada Hani kakak nomer duanya Leena.
Paling masalahnya sama si Idang tu ma! Jawabnya Hani seadanya yang lagi sibuk mengasuh Nasa, anaknya.
Padahal dari kemaren kayaknya mereka sudah putusan, katanya sih Idang meninggalkan Leena tanpa sebab, lanjutnya Hani meneruskan jawabannya.
Ooooo sudah lah, tolong yah dijaga adikmu itu ya, mama takut kalau kenapa-kenapa sama adikmu, sambung ibunya Leena.
Hmmmm iya ma. sahut Hani.
Ibunya Leena sengaja tidak mengungkit masalah Idang yang sedang terjerat masalah hukum kepada Hani soalnya hani kadang over protectif terhadap adiknya yang justru tindakan itu akan menambah tekanan terhadap Leena.
Hari-hari yang sungguh berat pun coba dilalui Leena, kisah cinta yang pedas dan perasaan yang was-was selalu menjadi teman setia leena, kembali kepada Imron yang masih mengejar cintanya Leena, yang kian giat melakukan apa saja untuk leena, mulai dari selalu memperhatikannya dengan menanyakan kabarnya, menjemputnya bekerja sampai hal-hal kecil lainnya, seperti mengoleksi foto-foto leena.
20.00 : 15.1.2009
Imron bersama orang tuanya melamar Leena, ibunda Leena yang sudah mengetahui maksud kedatangan tamunya sangat gembira karena tugas beratnya sebagai orang tua akan segera berakhir yaitu menikahkan semua anaknya, Leena tidak bisa menolak pinangan keluarga Imron untuk mempersuntingnya, terlebih jika melihat raut kebahagian ibunya yang akan menikahkan anak bungsunya seakan menjadi alas an yang sangat kuat bagi Leena untuk tidak menolak pinangan keluarga Imron, meskipun dihati leena sudah terpatri satu nama yaitu Idang.
09.45 : 8.3.2009
Janur kuning menghiasi rumah Leena, riuh tamu undangan pun menemani pesta pernikahan Leena, silih berganti tamu yang datang mengucapkan selamat kepada Leena dan Imron, saat akan dilaksanakannya Ijab Kabul datanglah sesosok pria yang berjalan dengan tegap, memeakai kemeja putih nan rapi menuju arah persandingan Leena dan Imron, pandangan Leena pun sontak tertuju pada lelaki itu, nafas Leena berpacu kuat dengan irama jantungnya, ternyata laki-laki itu adalah Idang, satu satunya lelaki yang menempati hati Leena, langkah Idang semakin dekat, semakin cepat pula jantung Leena berpacu, tiada kada terucap dari mulut Idang dan Leena ketika pandangan mereka menyatu, hanya cincin putih berukiran LennaDang yang seolah berbicara bahwa cinta antara keduanya masih kuat sampai hari itu, Leena dan Idang terus diam tanpa kata, Imron pun terengah dan mulai berkata ‘’ dang.. apa kabar??
Entah apa yang ada didalam benak Imron saat itu, dia spontan menarik Idang dan berbicara empat mata dengannya dibalik pelaminan.
Sementara Leena tak karuan rasa dan terbersit doa didalam hatinya aga tuhan menyatukannya kembali dengan Idang.
Begitu Leena mengalihkan pandangannya, maka terlihat sosok Idang yang rapi, memakai jas hitam dan peci yang tadinya dipakai oleh Imron, para tamu pun terdiam dan terpana akan peristiwa yang terjadi, Imron pun bergegas menemui orangtua Leena entah apa yang dikatakannya kepada beliau namun setelah itu iya langsung saja pergi meninggalakan pesta.
Dan tinggalah Leena dan Imron yang akan memulai mengayuh kapal cinta mereka kembali untuk menuju labuhan akhir cinta keduanya.
Ya Allah, jikalau hari ini engkau bebaskan aku,
Jangan kau biarkan aku melihatnya bersanding dengan yang lain.
Lebih baik aku didalam tembok deritaMu ya Allah,
Hamba tak kuasa menerima konsekuensi penghianatan cinta.
Pagi itu sudah jam 8, dimana Idang harus berangkat ketempat kerja, dengan langkah yang masih gontai, disertai motor yang masih kotor karena lupa dibersihkan, serta rambut yang berantakan iya berangkat ketempat kerja, Iya biasanya mandi ditempat kerjanya jadi wajar saja diperjalanan ada bau yang tidak enak dicium ketika orang berpapasan dengannya.
Dia anak pertama dari 3 bersaudara, adik pertamanya perempuan dan adik terakhirnya juga perempuan, sebagai satu-satunya kakak lagi-laki Idang tahu betul bagaimana iya memperlakukan perempuan sebagai mana mestinya, baginya menghormati wanita adalah sesuatu yang mutlak apalagi wanita sebayanya, sapa tau dengan itu dia akan mendapatkan kehormatannya.
Itulah sekilas tentang Idang, dari prinsip yang dijalaninya, ketahuan Idang adalah playboy kelas berat yang semua masa mudanya didedikasikan untuk mengoleksi mantan-mantannya.
Kembali kepada Idang yang playboy, yang selalu tercengang apabila melihat lawan jenis yang menggoda tak mesti itu sendiri dan atau sedang memeluk pacarnya di motor, apalagi kalau ada cewe cantik menebus resep di apoteknya dia selalu meminta nomer HP yang bisa dihubungi katanya ini adalah prosedur profesional bagi sebuah apotek untuk pasiennya, dan pasti tidak selang 2 jam setelah itu pesan singkat idang sudah masuk ke HP pasien tersebut, ya….. paling-paling iya cuma menanyakan apakah obatnya sudah diminum dan berkata semoga lekas sembuh tetapi menanyakan status dan mengajak malam mingguan merupakan sudah diluar prosedur seorang juru resep.
Sore itu terdengar teriakan Ria, rekan kerja Idang di apotek, memanggil Idang karena ada pasien yang menebus obat, Idang yang saat itu sedang asyik main bola tidak bisa mengindahkan panggilan Ria yang notabene keponakan pemilik apotek, dengan santai Idang keruangan pelayanan pasien, hembusan AC yang sejuk menyingkirkan keringat asin Idang, di sana telah menunggu dua orang gadis yang satu berkulit putih, memakai celana jeans kentat dibalut kaos putih yang menambah keseksiannya, tampak sedikit pucat di daerah wajahnya, serta geraknya yang agak sedikit lesu tetapi semua itu tidak mengurangi pesona yang ada di dalam dirinya, yang satunya perawakannya agak lebih kurus, pakai celana jeans pendek dan sedang sibuk menulis pesan singkat di ponselnya, sesaat gadis yang berbaju putih itu menyodorkan selembar kertas putih berupa permintaan tertulis dari seorang dokter untuk diserahkan kepadanya.
Eemmmmm…… Noooona….. Leena… yaah terbata-bata idang membaca tulisan sang dokter yang seperti spageti Italy itu.
Iya! Sahut perempuan tersebut,,
Kenapa mba? Sudah berapa hari demamnya?? Balasnya.
Kok tao sakit demam? Jawabnya seadanya….
Yaaa kan saya membaca resepnya dan inti dari resep ini anda terserang deman,,, yaaah maklum inikan lagi pancaroba,,, idang dengan santai menjelaskan…
Kok bisa baca tulisan kya gotu?? Dokternya keluarganya nya?? Leena keheranan karena merasa tulisan dokternya sangat tidak jelas….
Gag ko mba, ini sudah terbiasa,,,, emmmm ini obatnya untuk 3 hari mba apakah mau diambil semua atau separuhnya dulu??? Idang bertanya kembali..
Sekalian aja deh mas,, takutnya sibuk trus gag bisa ngambil sisinya… jawabnya
Leena dengan agak ramah…
Semuanya ada tiga jenis obat mba, penurun panas, antibiotik sama multivitamin dan harganya 47500 mba… kata idang….
Oh iya.. tunggu bentar,,, seraya leena mengambilkan uangnya…
Bisa mba memberikan nomer telepon yang bisa di hubungi??? Idang mulai mengeluarkan jurusnya.
Buat apa??? Leena langsung memnjawab….
Yaa ini kan mba sudah prosedur semua apotek, takutnya ada hal yang tidak diinginkan terjadi jadi kami melakukan tindakan preventif dulu.. jawab Idang,, sebenarnya Idang kalau berbicara hanya menggunakan kata-kata seadaanya, tidak jarang menggunakan kata-kata daerah asalnya yang tidak semua orang mengerti tetapi kalau dimuka cewe cantik semua itu tidak.
Okh iya.. nomer saya, saya tulis dibelakang resep ini saja ya… kata Leena…
Iya mbak terima kasih… tunggu dulu ya.. saya ambilkan obatnya… jawab Idang…
Tidak lebih dari lima menit idang sudang menyerahkan obat tersebut kepada Leena seraya mengatakan aturan meminumnya.
Dalam hati Idang dia berbunga-bunga karena baru saja berkenalan dengan cewe cantik, perasaan yang tadinya jengkel hilang karena mendapatkan nomer HP seorang wanita.
Huuuuu tadi aja manyun habis ku panggil waktu main bola,, waktu tau yang datang cewe cantik sempat-sempatnya cuci muka,,, mandi geh sana,, bau tahu… celetuk Ria sambil ketawa….
Iya putri istana….. jawab Idang dengan nada gembira….
Idang pun pergi kekamar mandi, setelah mandi, Idang yang baru saja mendapatkan no cewe tersebut langsung saja mengirimkan pesan singkat kepada cewe twesebut…
Udh smpy dHome yaaaaa???
Jgn lupa dmnum yaa obtnya….
Smga lkas smbh…
Dan sms itu pun langsung dikirim, tidak lama kemudian terdengar suara pesan dari HP idang yang menandakan balasan sms…
In spah?
Mas yg jg Apotk td ya..
Iya nih br aj nympe rmh..
Mksih y mas..
Dg spa Eena sms ne??
Melihat balasan seperti itu idang dengan semangat membalas sms Leena..
Dg idang disini mba..
Leena rmh ny dmna??
Sms pun langsung dikirim, sms pun berbalas kian demikian, sebulan sudah Idang smsan serta telpon-telponan dengan Leena, Idang memberanikan diri mengajak leena untuk ketemuan tetapi leena cuma bisa dirumahnya saja.
Leena adalah gadis anak terakhir dari empat bersaudara, semua kakaknya sudah bekeluarga, iya tinggal bersama kakak pertamanya yang menempati rumah orang tuanya, ibunya Leena adalah pemilik kedai makanan dekat tambang batubara 20 KM dari rumahnya sehingga ibunya hanya seminggu sekali pulang kerumah, sedangkan ayahnya sudah 3 tahun meninggal dunia dihitung dari hari perkenalannya dengan idang.
Keseharian Leena digunakannya bekerja disebuah toko oleh-oleh khas kotanya, sebagai cewe yang cantik tak jarang banyak pengujung yang menggodanya terutama para sopir mini bus atau sopir pariwisata, semua dianggap Leena hanya angin lalu.
Malam itu Idang dengan mantabnya melangkah ke rumah leena, mengenakan celana jeans warna hitam retro serta kemeja cardinal warna coklat semakin menambah ketampanan idang, tak lupa Idang membeli oleh-oleh untuk keponakan Leena, karena ia pernah bercerita mempunyai dua orang keponakan Nasa dan Nadia.
Di rumah, Leena sudah menunggu Idang dengan keadaan cemas, perasaan ini sangat bertolak belakang dengan sebulan yang lalu, dimana seorang leena yang jual mahal, selalu dingin, dan tak nampak memberikan harapan kepada Idang, entah mengapa malam itu ia sangat menantikan kehadiran penjaga apotek itu, mungkin Idang sudah mengeluarkan sihir cintanya agar Leena dapat percaya kepadanya.
Selain Leena yang menunggu Idang di rumah sudah ada bibinya Leena yang dari tadi setia menemaninya, Ia lebih suka curhat dengan bibinya ketimbang dengan ibunya, dari kecil ia sudah diasuh oleh bibinya karena ayah dan ibunya bekerja diluar kota, dengan bibinya inilah Leena sering tertawa dengan gembira dan menangis dalam pelukannya, Kumala namanya, menjadi seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya dan tak hanya menjadi bibi yang baik.
Seketika terdengar telepon masuk dari HP Leena, ternyata Idang memanggil.
Aku sudah di muka rumah kamu neh, bukain ya.. kata Idang.
Iya.. kamu masuk aja.. jawab Leena seraya memutuskan panggilan.
Tidak lama setelah itu terdengar suara salam dari luar rumah, Leena pun menjawab salam tersebut seraya membuka pintu, Idang tercengang melihat leena malam itu, kamu cantik! Kata itu tak sengaja langsung keluar dari mulutnya, hanya seuntai senyum keluar dari mulutnya.
Idang pun dipersilahkan duduk oleh Leena, saat-saat sepeti ini memang bukan saat yang Idang suka, sebagai playboy Idang tidak terlalu bergairah bila dikenalkan dengan keluarga si doi apa lagi harus bermuka manis, tetapi bibi Mala bisa mencairkan suasana hati Idang yang sedang kaku.
Sapa nama kamu nak? Tanya bibi Mala memecah keheningan.
Idang bi.Idang Nizar Muhammad tepatnya bi! Jawab Idang agak malu-malu.
Santai aja nak, Leena sudah cerita banyak tentang kamu nak, jawab bibi menenangkan hati idang.
Bibi kedalam dulu ya, kalian ngobrol saja dulu, singkat bibi Mala seraya melangkah ke dalam.
Dirumah yang boleh dikatakan sederhana dan tidak terlalu luas dua sejoli itu malam ini meresmikan cintanya, rupanya bibi Mala memberikan isyarat persetujuannya terhadap Leena ketika beranjak dari ruang tamu tersebut.
Pukul 22.13 : 24-09-2008
Malam itu mereka asyik bercengkrama melalui ponsel masing-masing, layaknya pengantin baru tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi, mereka tertidur dengan posisi ponsel masih menyambung, hanya pulsa yang habis lah memutuskan ponsel mereka.
Pulul 15.30 : 28-09-2008
Siang ini adalah kencan pertama mereka, Idang menjemput Leena di tempat kerjanya, layaknya pasangan yang berpacaran Leena mendekap Idang saat berboncengan di sepeda motor butut Idang. Mereka menuju tempat makan siang langganan Idang, sup udang ditambah sate bebek merupakan menu yang mereka pesan, setelah kenyang ia mengarahkan kemudi motornya ke daerah perumahan Asri, yang merupakan tempat tinggal Idang, di rumah yang kosong awalnya mereka hanya bercengkrama biasa tetapi sampai pada pegangan tangan dan pegang yang lainnya.
Leena yang saat itu merasa ada yang kehilangan langsung menagis tetapi dengan kata-kata dimulutnya Idang berhasil menyakinkan hati Leena bahwa iya akan selalu menjaganya, perbuatan itu sudah sering terjadi tanpa adanya keraguan di hati Leena.
Hari pun kian berlalu, tampak perubahan yang dirasakan Leena terhadap prilaku Idang, Idang sering tak membalas pesan singkatnya dan tak jarang apabila ia menelpon, Idang selalu sibuk kadang dijawab dengan nada yang tinggi, yang lebih mengherankannya, kekasih hatinya itu sekarang suka berfoya-foya dengan semua uangnya, pergaulannya pun sering merambah dunia malam, tidak hanya sekali bau alkohol masih tersisa dimulut idang ketika leena mengecup bibirnya.
Ada apa dengan kekasihku?
Apakah iya melupakan janjinya.
Sungguh dia tak pandai menimbang rasa.
Yang membuat diriku tersiksa.
12-11-2008
Leena bermaksud meluruskan hubungan mereka dengan meminta Idang bertemu kerumahnya untuk pertama kalinya iya akan memperkenalkan dengan ibunya. Idang yang saat itu dalam keadaan tidak sibuk langsung mengiyakannya, satu jam, dua jam, tiga jam Leena sudah menunggu tetapi idang tak muncul, ibunya pun mulai memperyanyakan kehadiran idang, tak lama ada suara tanda pesan dari ponsel leena.
Soir ku gag bca dtng,,,
Q gi sbuk,
n kyanya kita ga bs trus bersma lgi.
Berlinang lah air mata Leena melihat pesan tersebut, pria yang didamba nya untuk mendampinginya di pelaminan ternyata tak lebih dari seorang penjahat kelamin. Idang yang tadinya penurut kini seorang pemberontak, Idang yang tadinya berfikiran sehat kini menjadi seorang pemabuk, Idang yang tadinya selalu hemat kini menjadi orang yang boros karena hasil transaksi narkoba.
Leena tak pernah menyangka calon suaminya kini seorang Bandar, tidak sedikit nasi yang masuk di darah Leena adalah hasil kenistaan, penyesalan Leena tak habis di situ saja, Ibunya yang awalnya setuju dengan pilihan leena kini sekarang mulai memikirkan mencari jodoh buat leena.
Hampir sebulan sudah Idang tak nampak beritanya, meskipun ini berat Leena mencoba bangkit, dan memulai hidup baru di bawah bayang-bayang penyesalan.
Kini ku lalui malam tanpamu
Bintang yang dulu ada telah sirna
Rasanya memang berat bagiku
Untuk menerima kenyataan ini
Ataukah ini memang jalan kisahku
Menjadi pecundang dalam kisah cintamu
Sedih hatiku mecintai kau oh dia
Pelan-pelan Leena si gadis malang ini mulai bisa melupakan kepedihannya, menutupi luka-lukanya, hari-harinya yang berat mulai kembali ringan dilebur oleh waktu, raut kehilangan itu mulai pudar, harapan pun yang dulu urung mendekap dirinya sekarang sudah nampak.
Pagi ini Leena nampak pucat, wajahnya bak bulan kesiangan, Imron laki-laki yang selalu ada disisinya beberapa minggu ini dikabarinya bahwa iya tidak enak badan, Imron adalah anak seorang perwira polisi di kelurahannya, anak yang taat beribadah, rona cahaya tampak pada wajahnya yang sering dibasuh air wudhu, serta perilaku santunnya yang menawan para wanita di tempatnya membuat para wanita sering melirik Imron.
Imron sebenarnya sangat terpukul dengan kejadian tiga bulan yang lalu dimana iya melihat Leena yang diam-diam menyangkut dihatinya berboncengan mesra dimotor bersama laki-laki yang di ketahui namanya itu adalah Idang.
Imron dan Leena sudah berteman mulai dari kecil, meskipun tidak terlalu akrab tetapi rasa itu mulai muncul dan selalu menghantui perasaan Imron, benih-benih cinta dan perasaan itu kian nampak ketika setiap hari Leena lewat dimuka rumahnya pabila ia berangkat bekerja.
Seperti pagi-pagi yang biasa Imron bersiap-siap pergi ke kampus, pakainnya sudah rapi dan tinggal menyalakan kontak motornya tiba-tiba ponsel Imron bergetar tanda pesan singkat masuk,
Q lg g enak badan,,
Kya x ku masuk angin..
Jd ga usah jemput ya…
Melihat sms seperti itu Imron tanpa fikir panjang lagi langsung mengarahkan motornya kerumah si pengirim sms tersebut, sesampainya dirumah Leena, ia langsung menghampiri gadis tersebut dan menanyakan keadaannya.
Kamu kenapa leen? Ku khawatir ,,,,
Akh Cuma masuk angin biasa ko,,, Leena menjawab dengan nada biasa.
Sambil membelai dahi Leena, Imron berkata.
Tapi kamu ini demam, suhu badan kamu tidak seperti orang biasanya,,, kita ke dokter saja ya..
Ga usah,, mungkin aku ke capean terus kehujanan,,, jawab Leena dengan wajah yang sedikit meringis.
Sesaat mereka terdiam, bunyi ponsel Leena seaakan memecah keheningan antara mereka, Imron yang duduknya lebih dekat ke tempat ponsel itu diletakkan langsung saja mengambilakan ponsel itu kepada Leena, terlihat ada nomer yang yang tak terdaftar di kontak pensel Leena memenggil, nomer yang tidak ada namanya tertapi masih familiar di fikiran Leena, ya. Idang sedang memnggilnya, dengan hati was-was leena mengangkat telepon dari idang.
Ada apa Idang menelpon? Mungkinkah iya akan kembali padaku, tapi mengapa baru sekarang?
Kemana selama ini dia pergi?
Akh sudah lah yang penting aku tahu dulu kabarnya.
Assalamuaalaikum, halo.. (Leena)
Waalaikumussalam, (Idang)
Kenapa ( Leena)
Ko gitu ngomonggnya? Aku mao minta maaf ( Idang)
Minta maaf untuk apa (Leena)
Untuk semuanya, untuk kesalahanku, untuk kekhilafanku(Idang)
Leena yang masih sangat mencintai idang tak kuasa menahan air matanya, dan tiba-tiba terdengar suara dibelakang idang, ‘’Hey ada penjaga, cepat simpan HP nya’’
Langsung berbunyi tut,,tut,,tut,, di ponsel Leena, rupanya idang mengakhiri panggilannya, ia yang masih rindu akan suara lelaki itu mencoba menghubungi nomer tersebut kembali tetapi hanya suara ‘Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif’ cobalah hubungi beberapa saat lagi, rupanya Idang telah menonaktifkan ponselnya.
Tetapi yang mengganjal dihatinya adalah suara dibelakang Idang yang memerintahkan menyimpan ponselnya, sedang dimana ia sekarang, kok seakan-akan sedang dilarang untuk menghubungi seseorang menggunakan ponsel, atau ia sedang didalam asrama? tetapi rasanya tidak mungikin soalnya ia tidak berniat untuk menyambung sekolah.
Sampai sekarang nomernya pun tidak aktif, hampir 10 kali sehari Leena mencoba menghubungi Idang tetapi hanya jawaban dari operator yang menyampaikan bahwa nomernya sedang tidak aktif itu dilakukannya hampir 2 bulan sudah lamanya.
22.15 : 17.12.2008
Malam itu ponsel Leena berdering, sebuah nomer baru memanggilnya, dingat-ingatnya dulu nomer tersebut, rasanya iya memang tidak kenal, wajar saja Leena bukanlah cewe yang suka berkenalan dengan cowo lewat ponsel apa lagi kalau yang namanya kopi darat itu memang tidak ada dalam kamus kehidupannya.
Dengan perasaan was-was ia mengangkat panggilan tersebut, tidak seperti biasanya ia terasa gugup mengangkat panggilan tersebut, Leena merasakan ada kontak batin dengan si penelpon.
Halo……………. (Leena)
Len! ini aku idang…………………(Idang)
Idang apa kabar? Dimana kamu? Kamu tega? Aku sakit kamu tinggalkan……………… pertanyaan Leena seakan meledak karena tak tahan lagi menanggung rindu.
A a aku………. Idang seakan terbata-bata menjawab.
Aku apa? Kamu pengecut dang……… kamu bajingan………… cacian Leena kepada Idang sambil meneteskan air mata.
Iya aku memang pengecut, aku bajingan, aku juga pecundang……………… Idang mengeraskan suaranya…
Tapi tunggu dulu aku mau menjelaskannya….. lanjut idang….
Menjelaskan apa?... kamu selama ini kemana sih? Aku disini sendiri…… mana janji kamu??
Leena mengeluh..
Maaf,,, sekali lagi maaf…. Aku harus jujur, aku terjebak len!
Aku sedang dipenjara karena perbuatanku…. Sesal Idang..
Kamu memang tak bisa berubah ya dang… sambil menangis Leena mengatakannya.
Percaya akan cinta dan kita akan bersatu Leen… seraya Idang mematikan panggilannya.
Derai air mata membasahi pipi Leena bak anak sungai, lelaki yang didam-idamkannya bersanding di pelaminan kini menjadi narapidana, tak hanya itu berita disurat kabar yang menceritakan kronologi penangkapan Idang pun telah dibaca oleh ibunya leena.
Len apa ini? Ini bukannya foto Idang yang sama di dompetmu?.... (Leena dulu pernah memperlihatkan foto Idang kepada ibunya)… Tanya ibunya kaget.
Em eh….. sudahlah ma…! Leena berlari meninggalkan ibunya, sambil menyapu air matanya.
Ibunya pun bingung melihat tingkah leena seperti itu, tidak seperti biasanya iya melihat anak bungsunya berpolah seperti itu.
Han! Kenapa adik perawan mu itu? Tanya ibunya Leena kepada Hani kakak nomer duanya Leena.
Paling masalahnya sama si Idang tu ma! Jawabnya Hani seadanya yang lagi sibuk mengasuh Nasa, anaknya.
Padahal dari kemaren kayaknya mereka sudah putusan, katanya sih Idang meninggalkan Leena tanpa sebab, lanjutnya Hani meneruskan jawabannya.
Ooooo sudah lah, tolong yah dijaga adikmu itu ya, mama takut kalau kenapa-kenapa sama adikmu, sambung ibunya Leena.
Hmmmm iya ma. sahut Hani.
Ibunya Leena sengaja tidak mengungkit masalah Idang yang sedang terjerat masalah hukum kepada Hani soalnya hani kadang over protectif terhadap adiknya yang justru tindakan itu akan menambah tekanan terhadap Leena.
Hari-hari yang sungguh berat pun coba dilalui Leena, kisah cinta yang pedas dan perasaan yang was-was selalu menjadi teman setia leena, kembali kepada Imron yang masih mengejar cintanya Leena, yang kian giat melakukan apa saja untuk leena, mulai dari selalu memperhatikannya dengan menanyakan kabarnya, menjemputnya bekerja sampai hal-hal kecil lainnya, seperti mengoleksi foto-foto leena.
20.00 : 15.1.2009
Imron bersama orang tuanya melamar Leena, ibunda Leena yang sudah mengetahui maksud kedatangan tamunya sangat gembira karena tugas beratnya sebagai orang tua akan segera berakhir yaitu menikahkan semua anaknya, Leena tidak bisa menolak pinangan keluarga Imron untuk mempersuntingnya, terlebih jika melihat raut kebahagian ibunya yang akan menikahkan anak bungsunya seakan menjadi alas an yang sangat kuat bagi Leena untuk tidak menolak pinangan keluarga Imron, meskipun dihati leena sudah terpatri satu nama yaitu Idang.
09.45 : 8.3.2009
Janur kuning menghiasi rumah Leena, riuh tamu undangan pun menemani pesta pernikahan Leena, silih berganti tamu yang datang mengucapkan selamat kepada Leena dan Imron, saat akan dilaksanakannya Ijab Kabul datanglah sesosok pria yang berjalan dengan tegap, memeakai kemeja putih nan rapi menuju arah persandingan Leena dan Imron, pandangan Leena pun sontak tertuju pada lelaki itu, nafas Leena berpacu kuat dengan irama jantungnya, ternyata laki-laki itu adalah Idang, satu satunya lelaki yang menempati hati Leena, langkah Idang semakin dekat, semakin cepat pula jantung Leena berpacu, tiada kada terucap dari mulut Idang dan Leena ketika pandangan mereka menyatu, hanya cincin putih berukiran LennaDang yang seolah berbicara bahwa cinta antara keduanya masih kuat sampai hari itu, Leena dan Idang terus diam tanpa kata, Imron pun terengah dan mulai berkata ‘’ dang.. apa kabar??
Entah apa yang ada didalam benak Imron saat itu, dia spontan menarik Idang dan berbicara empat mata dengannya dibalik pelaminan.
Sementara Leena tak karuan rasa dan terbersit doa didalam hatinya aga tuhan menyatukannya kembali dengan Idang.
Begitu Leena mengalihkan pandangannya, maka terlihat sosok Idang yang rapi, memakai jas hitam dan peci yang tadinya dipakai oleh Imron, para tamu pun terdiam dan terpana akan peristiwa yang terjadi, Imron pun bergegas menemui orangtua Leena entah apa yang dikatakannya kepada beliau namun setelah itu iya langsung saja pergi meninggalakan pesta.
Dan tinggalah Leena dan Imron yang akan memulai mengayuh kapal cinta mereka kembali untuk menuju labuhan akhir cinta keduanya.
Ya Allah, jikalau hari ini engkau bebaskan aku,
Jangan kau biarkan aku melihatnya bersanding dengan yang lain.
Lebih baik aku didalam tembok deritaMu ya Allah,
Hamba tak kuasa menerima konsekuensi penghianatan cinta.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar